Jumat, 01 Januari 2016

kesultanan banten

Kesultanan Banten

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kesultanan Banten
Kasultanan Banten


1527–1813

Bendera
Wilayah Banten pada masa Maulana Hasanuddin, yang menguasai Selat Sunda pada kedua sisinya
Ibu kota Surosowan, Kota Intan
Bahasa Sunda, Jawa, Melayu, Arab,[1]
Agama Islam
Bentuk Pemerintahan Kesultanan
Sultan
 -  1552–1570 ¹ Maulana Hasanuddin
 -  1651–1683 Ageng Tirtayasa
Sejarah
 -  Serangan atas Kerajaan Sunda 1527
 -  Aneksasi oleh Hindia Belanda 1813
¹ (1527-1552 sebagai bawahan Demak)
Padrão Sunda Kelapa di Museum Nasional, Jakarta




















































Kesultanan Banten adalah sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Tatar Pasundan, Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan.
Maulana Hasanuddin, putera Sunan Gunung Jati[2] berperan dalam penaklukan tersebut. Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan, yang kemudian hari menjadi pusat pemerintahan setelah Banten menjadi kesultanan yang berdiri sendiri.
Selama hampir 3 abad Kesultanan Banten mampu bertahan bahkan mencapai kejayaan yang luar biasa, yang diwaktu bersamaan penjajah dari Eropa telah berdatangan dan menanamkan pengaruhnya. Perang saudara, dan persaingan dengan kekuatan global memperebutkan sumber daya maupun perdagangan, serta ketergantungan akan persenjataan telah melemahkan hegemoni Kesultanan Banten atas wilayahnya. Kekuatan politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada tahun 1813 setelah sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan dihancurkan, dan pada masa-masa akhir pemerintanannya, para Sultan Banten tidak lebih dari raja bawahan dari pemerintahan kolonial di Hindia Belanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar