Aliran Progressivisme
Progresivisme
Progresivisme berkembangan dalam permulaan abad 20 terutama di Amerika
Serikat. Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia (filsafat)
pendidikan terutama sebagai lawan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan
konvensional yang diwarisi dari abad kesembilan belas.
Adapun tokoh-tokoh aliran progressivisme
ini antara lain william james,john dewey,dan
hans vaihinger.
William james,lahir di new york,11 januari 1842 dan meninggal di
choruroa,new hemshire,26 agustus 1910.belau adalah seorang psikolog dan filsuf
amerika yang terkenal. Paham dan ajarannya juga kepribadiannya, sangat berpengaruh
di berbagai negara dan amerika. Selain sebagai penulis yang sangat brilian,
dosen dan penceramah di bidang filsafat, dia juga dikenal sebagai pendiri
aliran pragmatisme. James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga
aspek dari eksistensi organik, harus harus mempunyai fungsi organik dan nilai
kelanjutan hidup. Dia menegaskan agar fungsi otak dan fikiran itu di pelajari
sebagai mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam.
Hans vaihinger,menurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian
dengan objek tidak mungkin di buktikan. Satu-satunya ukuran bagi berfikir
adalah gunanya untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia.
Ciri-ciri utama aliran progresivisme ialah didasari oleh pengetahuan dan
kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan dan dapat
menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam adanya
manusia itu sendiri dengan skill dan kekuatannya sendiri. Pandangan-pandangan
progresivisme dianggap sebagai the liberal road to culture. Dalam arti
bahwa liberal dimaksudkan sebagai fleksibel, berani, toleran dan bersikap
terbuka. Liberal dalam arti lainnya ialah bahwa pribadi-pribadi penganutnya
tidak hanya memegang sikap seperti tersebut di atas, melainkan juga selalu
bersifat penjelajah, peneliti secara kontinue demi pengembangan pengalaman.
Liberal dalam arti menghormati martabat
manusia sebagai subjek di dalam hidupnya dan dalam arti demokrasi, yang memberi
kemungkinan dan prasyarat bagi perkembangan tiap pribadi manusia sebagaimana
potensi yang ada padanya. Sebagai konsekwensi dari pendapatnya aliran ini
kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter dimana anak di tekan
secara fisik dan mental oleh gurunya.
Progresivisme sebagai aliran
filsafat mempunyai watak yang dapat digolongkan sebagai (1) negative and
diagnostic yang berarti bersikap anti terhadap otoritarianisme dan absolutisme
dalam segala bentuk (2) positive and remedial, yakni suatu pernyataan
dan kepercayaan atas kemampuan manusia sebagai subjek yang memiliki
potensi-potensi alamiah, terutama kekuatan self-regenerative
untuk menghadapi dan mengatasi semua problem hidupnya.
Lingkungan dan pengalaman mendapat
perhatian cukup dari aliran ini. Sehubungan dengan ini, menurut progresivisme,
ide-ide, teori-teori atau cita-cita itu tidaklah cukup hanya diakui sebagai
hal-hal yang ada, tetapi yang ada ini haruslah dicari artinya bagi suatu
kemajuan atau maksud-maksud baik yang lain. Di samping itu manusia harus dapat
memfungsikan jiwanya untuk membina hidup yang mempunyai banyak persoalan yang
silih berganti. Memang progresivisme, kurang menaruh perhatian sama sekali atas
nilai-nilai yang non empiris (tidak nyata) seperti nilai-nilai supernatural,
nilai universal, nilai-nilai agama yang bersumber dari Tuhan.
- Ontologi Progresivisme:
Pandangan ontologi progresivisme
bertumpu pada tiga hal yakni asas hereby (asas keduniaan), pengalaman
sebagai realita dan pikiran (mind) sebagai fungsi manusia yang unik. Ontologi
Progresivisme adalah sebagai berikut:
a.
Asas Hereby (keduniaan) ialah adanya kehidupan realita yang amat luas, tidak
terbatas sebab kenyataan alam semesta yang sekarang .
b.
Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu. Manusia
punya potensi pikiran (mind) yang berperan dalam pengalaman. Eksistensi
dan realita mind hanyalah di dalam aktivitas, dalam tingkah laku. John
Dewey mengatakan, pengalaman adalah key concept manusia atas segala sesuatu.
Pengalaman ialah suatu realita yang telah meresap dan membina pribadi.
Pengalaman menurut Progresivisme:
1.
Dinamis,
hidup selalu dinamis, artinya tidak semua pengalaman itu baku, setiap
pengalaman bisa berubah.
2.
Temporal
(perubahan dari waktu ke waktu);
3.
Spatial
yakni terjadi disuatu tempat tertentu dalam lingkungan hidup manusia;
4.
Pluralistis
yakni terjadi seluas adanya hubungan dan antraksi dalam mana individu terlibat.
Demikian pula subyek yang mengalami pengalaman itu, menangkapnya, dengan
seluruh kepribadiannya dengan rasa, karsa, pikir dan pancainderanya. Sehingga
pengalaman itu bersifat pluralistis (beragam,memihak semua pihak).
c. Pikiran (mind) sebagai
fungsi manusia yang unik
Manusia hidup karena fungsi-fungsi jiwa yang ia miliki.
Potensi intelegensi (keahlian) ini meliputi kemampuan mengingat, imaginasi,
menghubung-hubungkan, merumuskan, melambangkan dan memecahkan masalah serta
komunikasi dengan sesamanya. Mind ini ialah integrasi di dalam kepribadian,
bukan suatu entity (kesatuan lahir) sendiri. Eksistensi dan realita mind
hanyalah di dalam aktivitas. Mind adalah apa yang manusia lakukan. Mind pada
prinsipnya adalah berperan di dalam pengalaman.
- . Epistemologi Progresivisme
Epistimologi,
(dari bahasa yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu)
adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis
pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang di berdebatkan dan di bahas
dalam bidang filsafat, misalnya apa itu pengetahuan, bagaimana
karakteristiknya, macamnya serta hubungan hubungannya dengan kebenaran dan
keyakinan .
Pandangan
epistemologi progresivisme ialah bahwa pengetahuan itu informasi, fakta, hukum, prinsip, proses, dan kebiasaan
yang terakumulasi dalam pribadi sebagai proses interaksi dan pengalaman.
Pengetahuan diperoleh manusia baik secara langsung melalui pengalaman dan
kontak dengan segala realita dalam lingkungan, ataupun pengetahuan diperoleh
langsung melalui catatan-catatan. Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu.
Makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengalaman
kita dalam praktik, maka makin besar persiapan kita menghadapi tuntutan masa
depan. Pengetahuan harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita baru di
dalam lingkungan. Kebenaran adalah kemampuan suatu ide memecahkan masalah,
kebenaran adalah konsekuen daripada sesuatu ide, realita pengetahuan dan daya
guna dalam hidup (Mohammad Noor Syam, 1986; Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2002).
- Aksiologi Progresivisme
Dalam
pandangan progresivisme di bidang aksiologi ialah nilai timbul karena manusia
mempunyai bahasa, dengan demikian menjadi mungkin adanya saling hubungan. Jadi
masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai. Bahasa adalah sarana ekspresi
yang berasal dari dorongan, kehendak, perasaan, kecerdasan dari
individu-individu (Imam Barnddib, 1982). Nilai itu benar atau tidak benar, baik
atau buruk apabila menunjukkan persesuaian dengan hasil pengujian yang dialami
manusia dalam pergaulan.
Pandangan pendidikan progresivisme menghendaki yang
progresif (maju). Tujuan pendidikan hendaklah diartikan sebagai rekonstruksi
(belajar masa dari masa lalu ) pengalaman yang terus menerus. Pendidikan
hendaklah bukan hanya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik untuk
diterima saja, melainkan yang lebih penting daripada itu adalah melatih
kemampuan berpikir dengan memberikan stimuli-stimuli (rangsangan untuk
membentuk anak yang berfikir ). Mengenai belajar, progresivisme memandang peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan
sebagai potensi yang merupakan suatu kelebihan dibandingkan dengan makhluk
lain. Kelebihan yang bersifat kreatif dan dinamis, peserta didik mempunyai
bekal untuk menghadapi dan memecahkan problem-problemnya. Sedangkan bidang
kurikulum progresivisme memandang bahwa
selain kemajuan, lingkungan dan pengalaman mendapatkan perhatian yang cukup
dari progresivisme. Untuk itu filsafat progresivisme menunjukkan dengan konsep
dasarnya, jenis kurikulum yang program pengajarannya dapat mempengaruhi anak
belajar secara edukatif baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan
sekolah. Tentunya dibutuhkan sekolah yang baik dan kurkulum yang baik pula.
- Asas belajar Filsafat progresif mempunyai konsep bahwa anak didik mempunyai akal dan kecerdasan. Akal dan kecerdasan merupakan potensi kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lain. Dengan potensi yang bersifat kreatif dan dinamis tersebut, anak didik mempunyai bekal bekal untuk menghadapi dan memecahkan problem-problemanya (imam barnaib, 1992 : 34-35).
- Pandangan kurikulum progressivisme
Kurikulum sebagai jantung pendidikan tidak saja di maknai sebagai
seperangkat rangkaian mmata pelajaran yang di tawarkan sebagai gaet (tujuan)
dalam sebuah program pendidikan, tapi sesungguhnya kurikulum memiliki arti yang
luas.
Kurikulum berfungsi sebagai rambu-rambu dalam pembelajaran dimana guru
di tuntut untuk mendalami kurikulum tersebut,kurikulum harus bersifat luwes
sesuai dengan situasi dan kondisi, untuk itu kurikulum berdasarkan realitas kehidupan dan pengalaman.sehari-hari
peserta didik.
Progresivisme ingin mengembangkan child centered curriculum (kurikulum
berpusat pada anak) artinya pendidikan di orientasikan pada pengenbangan anak
didik,memberikan anak didik kebebasan berkreasi, beraktifitas, dan berkembang menjadi pribadi yang mandiri.
kurikulum pendidikan progresivisme menekankan pada how to think
(bagaimana berpikir), how to do (bagaimana bekerja), bukan what to think dan
what to do artinya lebih menekankan dan mengutamakan metode dari pada materi.
Tujuannya adalah memberikan individu kemampuan yang memungkinkannya untuk
berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang selalu berubah.
Sikap progessivisme, memandang segala sesuatu berdasarkan fleksibilitas
dan dinamis,yang tercermin dalam pandangannya kurikulum sebagai pengalaman yang
edukatif, bersifat ekspimental dan adanya rencana dan susunan yang teratur.
Kurikulum di pusatkan pada pengalaman (kurikulum eksprimental) yang di
dasarkan atas kehidupan manusia dalam berinteraksi dalam slingkungan yang
kompleks.
- . Pendidik
Guru menurut pandangan filsafat progresivisme adalah sebagai penasihat,
pembimbing, pengarah dan bukan sebagai orang pemegang otoritas (berkuasa) penuh
yang dapat berbuat secara apa saja (otoriter) terhadap muridnya. Sebagai
pembimbing, karena guru mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang banyak di
bidang anak didik, dan secara otomatis semestinya ia akan menjadi penasihat
ketika anak didik mengalami jalan buntu dalam memecahkan persoalan yang
dihadapi. Oleh karena itu peran utama pendidik/guru sesungguhnya adalah
membantu peserta didik/murid bagaimana mereka harus belajar dengan diri mereka
sendiri, sehingga pesrta didik akan berkembang menjadi orang dewasa yang
mandiri dalam suatu lingkungannya yang berubah.
Menurut John Dewey, guru harus mengetahui ke arah mana anak akan
berkembang, karena anak hidup dalam lingkungan yang senantiasa terjadi proses
interaksi dalam sebuah situasi yang silih berganti dan sustainable
(berkelanjutan). Prinsip keberlanjutan dalam penerapannya berarti bahwa masa
depan harus selalu diperhitungkan di setiap tahapan dalam proses pendidikan.
Guru harus mampu menciptakan suasana kondusif di kelas dengan cara membangungun
kesadaran bersama setiap individu di kelas tersebut akan tujuan bersama sesuai
dengan tanggungjawab masing-masing dalam konteks pembelajaran di kelas, serta
konsisten pada tujuan tersebut.
Teori progresivisme ingin mengatakan bahwa tugas guru/pendidik sebagai
pembimbing aktivitas anak didik dan berusaha memberikan kemungkinan lingkungan
terbaik untuk belajar. Sebagai Pembimbing ia tidak boleh menonjolkan diri, ia
harus bersikap demokratis dan memperhatikan hak-hak alamiah peserta didik
secara keseluruhan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologis
dengan keyakinan bahwa memberi motivasi lebih penting dari pada hanya memberi
informasi. Pendidik/guru dan anak didik/murid bekerjasama dalam mengembangkan
program belajar dan dalam aktualisasi potensi anak didik dalam kepemimpinan dan
kemampuan lain yang dikehendaki.
Dengan demikian dalam teori ini pendidik/guru harus jeli, telaten,
konsisten (istiqamah), luwes, dan cermat dalam mengamati apa yang menjadi
kebutuhan anak didik, menguji dan mengevaluasi kepampuan-kemampuannya dalam
tataran praktis dan realistis. Hasil evaluasi menjadi acuan untuk menentukan
pola dan strategi pembelajaran ke depan. Dengan kata lain guru harus mempunyai
kreatifitas dalam mengelola peserta didik, kreatifitas itu akan berkembang dan
berfariasi sebanyak fariasi peserta didik yang ia hadapi.
- . Peserta Didik
Teori progresivisme menempatkan pesrta didik/murid pada posisi sentral
dalam melakukan pembelajaran. Mengapa, karena murid mempunyai kecenderungan
alamiah untuk belajar dan menemukan sesuatu tentang dunia di sekitarnya dan
juga memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu yang harus terpenuhi dalam
kehidupannya. Kecenderungan dan kebutuhan tersebut akan memberikan kepada murid
suatu minat yang jelas dalam mempelajari berbagai persoalan.
Anak didik adalah makhluk yang mempunyai kelebihan dibanding dengan
makhluk-makhluk lain karena peserta didik/murid mempunyai potensi kecerdasan
yang merupakan salah satu kelebihannya. Oleh karenanya setiap murid mempunyai
potensi kemampuan sebagai bekal untuk menghadapi dan memecahkan
permasalahan-permasalahannya. Tugas guru adalah meningkatkan kecerdasan
potensial (żaka’) yang telah dimiliki sejak lahir oleh setiap murid menjadi
kecerdasan realitas dalam lapangan pendidikan untuk dapat merespon segala
perubahan yang terjadi di lingkungannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar