Jumat, 01 Januari 2016

aliran progressivisme

Aliran Progressivisme


Progresivisme
Progresivisme berkembangan dalam permulaan abad 20 terutama di Amerika Serikat. Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia (filsafat) pendidikan terutama sebagai lawan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan konvensional yang diwarisi dari abad kesembilan belas.
 Adapun tokoh-tokoh aliran progressivisme ini antara lain william james,john dewey,dan  hans vaihinger.
William james,lahir di new york,11 januari 1842 dan meninggal di choruroa,new hemshire,26 agustus 1910.belau adalah seorang psikolog dan filsuf amerika yang terkenal. Paham dan ajarannya juga kepribadiannya, sangat berpengaruh di berbagai negara dan amerika. Selain sebagai penulis yang sangat brilian, dosen dan penceramah di bidang filsafat, dia juga dikenal sebagai pendiri aliran pragmatisme. James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi organik, harus harus mempunyai fungsi organik dan nilai kelanjutan hidup. Dia menegaskan agar fungsi otak dan fikiran itu di pelajari sebagai mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam.
Hans vaihinger,menurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian dengan objek tidak mungkin di buktikan. Satu-satunya ukuran bagi berfikir adalah gunanya untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia.
Ciri-ciri utama aliran progresivisme ialah didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan dan dapat menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri dengan skill dan kekuatannya sendiri. Pandangan-pandangan progresivisme dianggap sebagai the liberal road to culture. Dalam arti bahwa liberal dimaksudkan sebagai fleksibel, berani, toleran dan bersikap terbuka. Liberal dalam arti lainnya ialah bahwa pribadi-pribadi penganutnya tidak hanya memegang sikap seperti tersebut di atas, melainkan juga selalu bersifat penjelajah, peneliti secara kontinue demi pengembangan pengalaman. Liberal dalam arti  menghormati martabat manusia sebagai subjek di dalam hidupnya dan dalam arti demokrasi, yang memberi kemungkinan dan prasyarat bagi perkembangan tiap pribadi manusia sebagaimana potensi yang ada padanya. Sebagai konsekwensi dari pendapatnya aliran ini kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter dimana anak di tekan secara fisik dan mental oleh gurunya.
            Progresivisme sebagai aliran filsafat mempunyai watak yang dapat digolongkan sebagai (1) negative and diagnostic yang berarti bersikap anti terhadap otoritarianisme dan absolutisme dalam segala bentuk (2) positive and remedial, yakni suatu pernyataan dan kepercayaan atas kemampuan manusia sebagai subjek yang   memiliki  potensi-potensi alamiah, terutama kekuatan self-regenerative untuk menghadapi dan mengatasi semua problem hidupnya.
            Lingkungan dan pengalaman mendapat perhatian cukup dari aliran ini. Sehubungan dengan ini, menurut progresivisme, ide-ide, teori-teori atau cita-cita itu tidaklah cukup hanya diakui sebagai hal-hal yang ada, tetapi yang ada ini haruslah dicari artinya bagi suatu kemajuan atau maksud-maksud baik yang lain. Di samping itu manusia harus dapat memfungsikan jiwanya untuk membina hidup yang mempunyai banyak persoalan yang silih berganti. Memang progresivisme, kurang menaruh perhatian sama sekali atas nilai-nilai yang non empiris (tidak nyata) seperti nilai-nilai supernatural, nilai universal, nilai-nilai agama yang bersumber dari Tuhan.
  •   Ontologi Progresivisme:       
Pandangan ontologi progresivisme bertumpu pada tiga hal yakni asas hereby (asas keduniaan), pengalaman sebagai realita dan pikiran (mind) sebagai fungsi manusia yang unik. Ontologi Progresivisme adalah sebagai berikut:
a. Asas Hereby (keduniaan) ialah adanya kehidupan realita yang amat luas, tidak terbatas sebab kenyataan alam semesta yang sekarang .
b. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu. Manusia punya potensi pikiran (mind) yang berperan dalam pengalaman. Eksistensi dan realita mind hanyalah di dalam aktivitas, dalam tingkah laku. John Dewey mengatakan, pengalaman adalah key concept manusia atas segala sesuatu. Pengalaman ialah suatu realita yang telah meresap dan membina pribadi. Pengalaman menurut Progresivisme:
1.      Dinamis, hidup selalu dinamis, artinya tidak semua pengalaman itu baku, setiap pengalaman bisa berubah.
2.      Temporal (perubahan dari waktu ke waktu);
3.      Spatial yakni terjadi disuatu tempat tertentu dalam lingkungan hidup manusia;
4.      Pluralistis yakni terjadi seluas adanya hubungan dan antraksi dalam mana individu terlibat. Demikian pula subyek yang mengalami pengalaman itu, menangkapnya, dengan seluruh kepribadiannya dengan rasa, karsa, pikir dan pancainderanya. Sehingga pengalaman itu bersifat pluralistis (beragam,memihak semua pihak).
c. Pikiran (mind) sebagai fungsi manusia yang unik
            Manusia hidup karena fungsi-fungsi jiwa yang ia miliki. Potensi intelegensi (keahlian) ini meliputi kemampuan mengingat, imaginasi, menghubung-hubungkan, merumuskan, melambangkan dan memecahkan masalah serta komunikasi dengan sesamanya. Mind ini ialah integrasi di dalam kepribadian, bukan suatu entity (kesatuan lahir) sendiri. Eksistensi dan realita mind hanyalah di dalam aktivitas. Mind adalah apa yang manusia lakukan. Mind pada prinsipnya adalah berperan di dalam pengalaman.
  • . Epistemologi Progresivisme
Epistimologi, (dari bahasa yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang di berdebatkan dan di bahas dalam bidang filsafat, misalnya apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya serta hubungan hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan .
Pandangan epistemologi progresivisme ialah bahwa pengetahuan itu informasi,  fakta, hukum, prinsip, proses, dan kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai proses interaksi dan pengalaman. Pengetahuan diperoleh manusia baik secara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan, ataupun pengetahuan diperoleh langsung melalui catatan-catatan. Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu. Makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengalaman kita dalam praktik, maka makin besar persiapan kita menghadapi tuntutan masa depan. Pengetahuan harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita baru di dalam lingkungan. Kebenaran adalah kemampuan suatu ide memecahkan masalah, kebenaran adalah konsekuen daripada sesuatu ide, realita pengetahuan dan daya guna dalam hidup (Mohammad Noor Syam, 1986; Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2002).
  •   Aksiologi Progresivisme
Dalam pandangan progresivisme di bidang aksiologi ialah nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa, dengan demikian menjadi mungkin adanya saling hubungan. Jadi masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai. Bahasa adalah sarana ekspresi yang berasal dari dorongan, kehendak, perasaan, kecerdasan dari individu-individu (Imam Barnddib, 1982). Nilai itu benar atau tidak benar, baik atau buruk apabila menunjukkan persesuaian dengan hasil pengujian yang dialami manusia dalam pergaulan.
            Pandangan pendidikan progresivisme menghendaki yang progresif (maju). Tujuan pendidikan hendaklah diartikan sebagai rekonstruksi (belajar masa dari masa lalu ) pengalaman yang terus menerus. Pendidikan hendaklah bukan hanya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik untuk diterima saja, melainkan yang lebih penting daripada itu adalah melatih kemampuan berpikir dengan memberikan stimuli-stimuli (rangsangan untuk membentuk anak yang berfikir ). Mengenai belajar, progresivisme memandang  peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan suatu kelebihan dibandingkan dengan makhluk lain. Kelebihan yang bersifat kreatif dan dinamis, peserta didik mempunyai bekal untuk menghadapi dan memecahkan problem-problemnya. Sedangkan bidang kurikulum progresivisme memandang  bahwa selain kemajuan, lingkungan dan pengalaman mendapatkan perhatian yang cukup dari progresivisme. Untuk itu filsafat progresivisme menunjukkan dengan konsep dasarnya, jenis kurikulum yang program pengajarannya dapat mempengaruhi anak belajar secara edukatif baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Tentunya dibutuhkan sekolah yang baik dan kurkulum yang baik pula.
  • Asas belajar  Filsafat progresif mempunyai konsep bahwa anak didik mempunyai akal dan kecerdasan. Akal dan kecerdasan merupakan potensi kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lain. Dengan potensi yang bersifat kreatif dan dinamis tersebut, anak didik mempunyai bekal bekal untuk menghadapi dan memecahkan problem-problemanya (imam barnaib, 1992 : 34-35).
  • Pandangan kurikulum progressivisme
Kurikulum sebagai jantung pendidikan tidak saja di maknai sebagai seperangkat rangkaian mmata pelajaran yang di tawarkan sebagai gaet (tujuan) dalam sebuah program pendidikan, tapi sesungguhnya kurikulum memiliki arti yang luas.
Kurikulum berfungsi sebagai rambu-rambu dalam pembelajaran dimana guru di tuntut untuk mendalami kurikulum tersebut,kurikulum harus bersifat luwes sesuai dengan situasi dan kondisi, untuk itu kurikulum berdasarkan  realitas kehidupan dan pengalaman.sehari-hari peserta didik.
Progresivisme ingin mengembangkan child centered curriculum (kurikulum berpusat pada anak) artinya pendidikan di orientasikan pada pengenbangan anak didik,memberikan anak didik kebebasan berkreasi, beraktifitas, dan  berkembang menjadi pribadi yang mandiri.
kurikulum pendidikan progresivisme menekankan pada how to think (bagaimana berpikir), how to do (bagaimana bekerja), bukan what to think dan what to do artinya lebih menekankan dan mengutamakan metode dari pada materi. Tujuannya adalah memberikan individu kemampuan yang memungkinkannya untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang selalu berubah.
Sikap progessivisme, memandang segala sesuatu berdasarkan fleksibilitas dan dinamis,yang tercermin dalam pandangannya kurikulum sebagai pengalaman yang edukatif, bersifat ekspimental dan adanya rencana dan susunan yang teratur.
Kurikulum di pusatkan pada pengalaman (kurikulum eksprimental) yang di dasarkan atas kehidupan manusia dalam berinteraksi dalam slingkungan yang kompleks.
  • .            Pendidik
Guru menurut pandangan filsafat progresivisme adalah sebagai penasihat, pembimbing, pengarah dan bukan sebagai orang pemegang otoritas (berkuasa) penuh yang dapat berbuat secara apa saja (otoriter) terhadap muridnya. Sebagai pembimbing, karena guru mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang banyak di bidang anak didik, dan secara otomatis semestinya ia akan menjadi penasihat ketika anak didik mengalami jalan buntu dalam memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh karena itu peran utama pendidik/guru sesungguhnya adalah membantu peserta didik/murid bagaimana mereka harus belajar dengan diri mereka sendiri, sehingga pesrta didik akan berkembang menjadi orang dewasa yang mandiri dalam suatu lingkungannya yang berubah.
Menurut John Dewey, guru harus mengetahui ke arah mana anak akan berkembang, karena anak hidup dalam lingkungan yang senantiasa terjadi proses interaksi dalam sebuah situasi yang silih berganti dan sustainable (berkelanjutan). Prinsip keberlanjutan dalam penerapannya berarti bahwa masa depan harus selalu diperhitungkan di setiap tahapan dalam proses pendidikan. Guru harus mampu menciptakan suasana kondusif di kelas dengan cara membangungun kesadaran bersama setiap individu di kelas tersebut akan tujuan bersama sesuai dengan tanggungjawab masing-masing dalam konteks pembelajaran di kelas, serta konsisten pada tujuan tersebut.
Teori progresivisme ingin mengatakan bahwa tugas guru/pendidik sebagai pembimbing aktivitas anak didik dan berusaha memberikan kemungkinan lingkungan terbaik untuk belajar. Sebagai Pembimbing ia tidak boleh menonjolkan diri, ia harus bersikap demokratis dan memperhatikan hak-hak alamiah peserta didik secara keseluruhan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologis dengan keyakinan bahwa memberi motivasi lebih penting dari pada hanya memberi informasi. Pendidik/guru dan anak didik/murid bekerjasama dalam mengembangkan program belajar dan dalam aktualisasi potensi anak didik dalam kepemimpinan dan kemampuan lain yang dikehendaki.
Dengan demikian dalam teori ini pendidik/guru harus jeli, telaten, konsisten (istiqamah), luwes, dan cermat dalam mengamati apa yang menjadi kebutuhan anak didik, menguji dan mengevaluasi kepampuan-kemampuannya dalam tataran praktis dan realistis. Hasil evaluasi menjadi acuan untuk menentukan pola dan strategi pembelajaran ke depan. Dengan kata lain guru harus mempunyai kreatifitas dalam mengelola peserta didik, kreatifitas itu akan berkembang dan berfariasi sebanyak fariasi peserta didik yang ia hadapi.
  • .              Peserta Didik
 Teori progresivisme menempatkan pesrta didik/murid pada posisi sentral dalam melakukan pembelajaran. Mengapa, karena murid mempunyai kecenderungan alamiah untuk belajar dan menemukan sesuatu tentang dunia di sekitarnya dan juga memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu yang harus terpenuhi dalam kehidupannya. Kecenderungan dan kebutuhan tersebut akan memberikan kepada murid suatu minat yang jelas dalam mempelajari berbagai persoalan.
Anak didik adalah makhluk yang mempunyai kelebihan dibanding dengan makhluk-makhluk lain karena peserta didik/murid mempunyai potensi kecerdasan yang merupakan salah satu kelebihannya. Oleh karenanya setiap murid mempunyai potensi kemampuan sebagai bekal untuk menghadapi dan memecahkan permasalahan-permasalahannya. Tugas guru adalah meningkatkan kecerdasan potensial (żaka’) yang telah dimiliki sejak lahir oleh setiap murid menjadi kecerdasan realitas dalam lapangan pendidikan untuk dapat merespon segala perubahan yang terjadi di lingkungannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar