Jumat, 01 Januari 2016

cikoromoy

Pemandian Cikoromoy masuk ke dalam target kunjungan setelah menemukan nama ini dalam suatu pencarian di mesin pencari Google saat perjalanan pulang ke Jakarta setelah mengunjungi Karang Bolong. Nama “Ci” merupakan kata yang lazim dipakai di daerah Jawa Barat untuk nama tempat atau sungai, seperti Citarum, Cibaduyut, Ciroyom dan Cihampelas.
Ci dalam bahasa Sunda, tampaknya berarti sungai. Pemandian Cikoromoy adalah suatu kolam pemandian alam tradisional yang terletak di desa Kadu Bungbang, Pandeglang, sekitar 111 km dari Jakarta ke arah barat daya.
Perjalanan ke Pemandian Cikoromoy melewati Kota Pandeglang yang terlihat sejuk berlatar pegunungan membiru. Sempat bertanya arah ketika melewati alun-alun Kota Pandeglang yang luas.
pemandian cikoromoy pandeglang
Pemandangan kota Pandeglang dalam perjalanan menuju Pemandian Cikoromoy dengan latar belakang pegunungan yang indah.
Pada sebuah pertigaan dimana terdapat tengara menuju ke Batu Quran jika lurus, kami memilih untuk belok ke kiri, dan beberapa saat kemudian ada tanda belok ke kanan menuju ke Pemandian Cikoromoy. Jalan ini sempit melewati tengah persawahan, dan pengunjung akan mengalami kesulitan jika bertemu kendaraan dari arah depan.
Tidak lama kemudian sampailah kami ke lokasi Pemandian Cikoromoy dengan tempat parkir yang lumayan luas. Di sebelah Pemandian Cikoromoy yang asli terlihat ada pemandian lain yang dibuat lebih baru namun sepertinya sepi atau belum digunakan.
pemandian cikoromoy pandeglang
Anak-anak tengah menikmati air alam Pemandian Cikoromoy yang sejernih kristal dingin segar yang berasal dari pegunungan. Kucuran air yang tidak pernah terhenti ini berasal dari pegunungan Pulosari.
Pemandian Cikoromoy adalah tempat pemandian sederhana yang dikelilingi oleh warung lesehan yang menawarkan masakan ikan air tawar bakar atau goreng. Pengunjung membayar tiket masuk Rp.2.000 per orang, dan Rp.5.000 untuk parkir mobil.
Udara di sekitar kolam pemandian cukup sejuk, membuat seleran makanan naik untuk menyantap hidangan ikan bakar, sayur kangkung, sambal dan nasi hangat.
pemandian cikoromoy pandeglang

makalah filsafat fenomenologi


MAKALAH
FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN
FENOMENOLOGI


Dosen:
DR. AdangHeriawan M.Pd

Di susun oleh:
Encun sunayah (2227140752)
UmahMarhumah (2227140827)
Musfirah (2227142384 )

KELAS III A (PGSD)


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA (UNTIRTA)

KATA PENGNATAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT  yang telah memberikan kekuatan kepada kami sehingga dapat menyusun makalah yang berjudul FENOMENOLOGI. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Secara khusus kami ucapkan terimakasih kepada bapak DR.AdangHeriawan M.pd selaku dosen mata kuliah filsafatIlmuPendidikan.

Kami menyadari dengan sepenuh hati bahwasannya makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam makalah ini serta dapat membantu dalam penyusunan tugas-tugas atau makalah-makalah berikutnya.

 Kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, saran dan kritik yang membangun akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas makalah yang kami buat ini.


                                                                                                Serang,17november 2015


                                                                                                            Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Ilmu filsafat adalah ilmu yang menjadi induk segala pengetahuan. Filsafat merupakan sebuah sistem yang komprehensif dari ide-ide mengenai keadaan yang murni dan realitas yang terjadi dalam hidup. Filsafat juga dapat dijadikan paduan dalam kehidupan karena hal-hal yang berada di dalam lingkupnya selalu menyangkut sesuatu yang mendasar dan membutuhkan penghayatan. Filsafat digunakan untuk menentukan jalan yang akan diambil seseorang dalam kehidupannya. Filsafat juga memberi petunjuk mengenai tata cara pergaulan antara sesama.
Tak lepas dari semua ini, pada dasarnya filsafat adalah bersumber dari pertumbuhannya pola pikir manusia. Semua yang  ada, atau yang telah ada bisa diperhatikan dan dipikirkan secara rasional. Karena berpikir adalah aktifitas individu dan manusia mempunyai kemerdekaan untuk berpikir. Berpikir secara mendalam untuk menghasilkan suatu ilmu pengetahuan yang bisa dipertanggung jawabkan keabsahannya.
Dengan demikian dapat dikata bahwa berfilsafat adalah mendalami sesuatu secara mendalam berdasarkan penalaran yang dimiliki seseorang. Dan akhirnya bisa melahirkan aliran fenomenologi yang akan dipaparkan dalam makalah ini.
Perlu kita ketahui sekilas bahwa Ilmu fenomenologi dalam filsafat biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutik. Yaitu ilmu yang mempelajari arti daripada fenomena ini. Keduanya membicarakan manusia sebagai realita eksistensi ditentukan oleh kondis-kondisi fisik dan budaya yang mempengaruhi. Fenomenologi dan herneneutika saling bersentuhan, namun juga mempunyai perbedaan, kekuatan, dan kelemahan masing-masing.






BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian fenomenologi
Fenomenologi (Inggris: Phenomenology) berasal dari bahasa Yunani phainomenon dan logos. Phainomenon berarti tampak dan phainen berarti memperlihatkan. Sedangkan logos berarti kata, ucapan, rasio, pertimbangan. Dengan demikian, fenomenologi secara umum dapat diartikan sebagai kajian terhadap fenomena atau apa-apa yang nampak. Lorens Bagus memberikan dua pengertian terhadap fenomenologi. Dalam arti luas, fenomenologi berarti ilmu tentang gejala-gejala atau apa saja yang tampak. Dalam arti sempit, ilmu tentang gejala-gejala yang menampakkan diri pada kesadaran kita.
Sebagai sebuah arah baru dalam filsafat, fenomenologi dimulai oleh Edmund Husserl (1859 – 1938), untuk mematok suatu dasar yang tak dapat dibantah, ia memakai apa yang disebutnya metode fenomenologis. Ia kemudian dikenal sebagai tokoh besar dalam mengembangkan fenomenologi. Namun istilah fenomenologi itu sendiri sudah ada sebelum Husserl. Istilah fenomenologi secara filosofis pertama kali dipakai oleh J.H. Lambert (1764). Dia memasukkan dalam kebenaran (alethiologia), ajaran mengenai gejala (fenomenologia). Maksudnya adalah menemukan sebab-sebab subjektif dan objektif ciri-ciri bayangan objek pengalaman inderawi (fenomen).
                                                                                               
Edmund Husserl memahami fenomenologi sebagai suatu analisis deskriptif serta introspektif mengenai kedalaman dari semua bentuk kesadaran dan pengalaman-pengalaman langsung; religius, moral, estetis, konseptual, serta indrawi. Perhatian filsafat, menurutnya, hendaknya difokuskan pada penyelidikan tentang Labenswelt (dunia kehidupan) atau Erlebnisse (kehidupan subjektif dan batiniah). Penyelidikan ini hendaknya menekankan watak intensional kesadaran, dan tanpa mengandaikan praduga-praduga konseptual dari ilmu-ilmu empiris.
Fenomenologi merupakan metode dan filsafat. Sebagai metode, fenomenologi membentangkan langkah-langkah yang harus diambil sehingga kita sampai pada fenomena yang murni. Fenomenologi mempelajari dan melukiskan ciri-ciri intrinsik fenomen-fenomen sebagaimana fenomen-fenomen itu sendiri menyingkapkan diri kepada kesadaran. Kita harus bertolak dari subjek (manusia) serta kesadarannya dan berupaya untuk kembali kepada “kesadaran murni”. Untuk mencapai bidang kesadaran murni, kita harus membebaskan diri dari pengalaman serta gambaran kehidupan sehari-hari. Sebagai filsafat, fenomenologi menurut Husserl memberi pengetahuan yang perlu dan esensial mengenai apa yang ada. Dengan demikian fenomenologi dapat dijelaskan sebagai metode kembali ke benda itu sendiri (Zu den Sachen Selbt), dan ini disebabkan benda itu sendiri merupkan objek kesadaran langsung dalam bentuk yang murni.
Husserl sangat tertarik dengan penemuan makna dan hakikat dari pengalaman. Dia berpendapat bahwa terdapat perbedaan antara fakta dan esensi dalam fakta, atau dengan kata lain perbedaan antara yang real dan yang tidak. Berikut adalah komponen konseptual dalam fenomenologi transcendental Husserl:
a.       Kesengajaan (Intentionality)
Kesengajaan (intentionality) adalah orientasi pikiran terhadap suatu objek (sesuatu) yang menurut Husserl, objek atau sesuatu tersebut bisa nyata atau tidak nyata. Objek nyata seperti sebongkah kayu yang dibentuk dengan tujuan tertentu dan kita namakan dengan kursi. Objek yang tidak nyata misalnya konsep tentang tanggung jawab, kesabaran, dan konsep lain yang abstrak atau tidak real. Husserl menyatakan bahwa kesengajaan sangat terkait dengan kesadaran atau pengalaman seseorang dimana kesengajaan atau pengalaman tersebut dipengaruhi oleh faktor kesenangan (minat), penilaian awal, dan harapan terhadap objek. Misalnya minat terhadap bola akam menentukan kesengajaan untuk menonton pertandingan sepak bola.
      b.      Noema dan Noesis                        
Noema atau noesis merupakan turunan dari kesengajaan atau intentionality. Intentionality adalah maksud memahami sesuatu, dimana setiap pengalaman individu memiliki sisi obyektif dan subyektif. Jika akan memahami, maka kedua sisi itu harus dikemukakan. Sisi obyektif fenomena (noema) artinya sesuatu yang bisa dilihat, didengar, dirasakan, dipikirkan, atau sekalipun sesuatu yang masih akan dipikirkan (ide). Sedangkan sisi subyektif (noesis) adalah tindakan yang dimaksud (intended act) seperti merasa, mendengar, memikirkan, dan menilai ide.
c.       Intuisi
Intuisi yang masuk dalam unit analisis Husserl ini dipengaruhi oleh intuisi menurut Descrates yakni kemampuan membedakan “yang murni” dan yang diperhatikan dari the light of reason alone (semata-mata alasannya). Intuisilah yang membimbing manusia mendapatkan pengetahuan. Bagi Husserl, intuisilah yang menghubungkan noema dan noesis. Inilah sebabnya fenomenologi Husserl dinamakan fenomenologi transendental, karena terjadi dalam diri individu secara mental(transenden).
d.         Intersubjektivitas
Makna intersubjektif ini dijabarkan oleh Schutz. Bahwa makna intersubjektif ini berawal dari konsep ‘sosial’ dan konsep ‘tindakan’. Konsep sosial didefinisikan sebagai hubungan antara dua atau lebih orang dan konsep tindakan didefinisikan sebagai perilaku yang membentuk makna subjektif. Akan tetapi, makna subjektif tersebut bukan berada di dunia privat individu melainkan dimaknai secara sama dan bersama dengan individu lain. Oleh karenanya, sebuah makna subjektif dikatakan intersubjektif karena memiliki aspek kesamaan dan kebersamaan (common and shared).
B.     Kelebihan dan kekurangan filsafat fenomenologi :
Kelebihan filsafat fenomenoligi diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut :
  1. fenomenologi sebagai suatu metode keilmuan, dapat mendiskripsikan penomena dengan apa adanya dengan tidak memanipulasi data, aneka macam teori dan pandangan.
  2. fenomenologi mengungkapkan ilmu pengetahuan atau kebenaran dengan benar-benar yang objektif.
  3. fenomenologi memandang objek kajian sebagai bulatan yang utuh tidak terpisah dari objek lainnya.
Dengan demikian fenomenologi menuntut pendekatan yang holistik, bukan pendekatan partial, sehingga diperoleh pemahaman yang utuh mengenai objek yang diamati, hal ini lah yang menjadi kelebihan filsafat ini sehingga banyak dipakai oleh ilmuan-ilmuan pada saat ini terutama ilmuan sosial, dalam berbagai kajian keilmuan mereka termasuk bidang kajian agama.
Dari berbagai kelebihan tersebut, fenomenologi sebenarnya juga tidak luput dari berbagai kelemahan, seperti :
  1. Tujuan fenomenologi untuk mendapatkan pengetahuan yang murni objektif tanpa ada pengaruh berbagai pandangan sebelumnya, baik dari adat, agama ataupun ilmu pengetahuan, merupakan suatu yang absurd.
  2. Pengetahuan yang didapat tidak bebas nilai (value-free), tapi bermuatan nilai (value-bound)

C.     Fenomenologi sebagai ilmu
Fenomenologi berkembang sebagai metode untuk mendekati fenomena-fenomena dalam kemurniannya. Fenomena disini dipahami sebagai segala sesuatu yang dengan suatu cara tertentu tampil dalam kesadaran kita. Baik berupa sesuatu sebagai hasil rekaan maupun berupa sesuatu yang nyata, yang berupa gagasan maupun kenyataan. Yang penting ialah pengembangan suatu metode yang tidak memalsukan fenomena, melainkan dapat mendeskripsikannya seperti penampilannya tanpa prasangka sama sekali.
Tugas utama fenomenologi menurut Husserl adalah menjalin keterkaitan manusia dengan realitas. Bagi Husserl, realitas bukan suatu yang berbeda pada dirinya lepas dari manusia yang mengamati. Realitas itu mewujudkan diri, atau menurut ungkapan Martin Heideger, yang juga seorang fenomenolog: “Sifat realitas itu membutuhkan keberadaan manusia”. Filsafat fenomenologi berusaha untuk mencapai pengertian yang sebenarnya dengan cara menerobos semua fenomena yang menampakkan diri menuju kepada bendanya yang sebenarnya. Usaha inilah yang dinamakan untuk mencapai “Hakikat segala sesuatu”.
Husserl mengajukan metode epoche untuk mencapai esensi fenomenologi. Kata epoche berasal dari bahasa Yunani, yang berarti: “menunda keputusan” atau “mengosongkan diri dari keyakinan tertentu”. Epoche bisa juga berarti tanda kurung (bracketing) terhadap setiap keterangan yang diperoleh dari suatu fenomena yang nampak, tanpa memberikan putusan benar salahnya terlebih dahulu. Fenomena yang tampil dalam kesadaran adalah benar-benar natural tanpa dicampuri oleh presupposisi pengamat. Untuk itu, Husserl menekankan satu hal penting: Penundaan keputusan. Keputusan harus ditunda (epoche) atau dikurung dulu dalam kaitan dengan status atau referensi ontologis atau eksistensial objek kesadaran.
Selanjutnya, menurut Husserl epoche mempunyai empat macam, yaitu:
1.    Method of historical bracketing; metode yang mengesampingkan aneka macam teori dan pandangan yang pernah kita terima dalam kehidupan sehari-hari, baik dari adapt, agama maupun ilmu pengetahuan.
2.    Method of existensional bracketing; meninggalkan atau abstain terhadap semua sikap keputusan atau sikap diam dan menunda.
3.    Method of transcendental reduction; mengolah data yang kita sadari menjadi gejala yang transcendental dalam kesadaran murni.
4.    Method of eidetic reduction; mencari esensi fakta, semacam menjadikan fakta-fakta tentang realitas menjadi esensi atau intisari realitas itu.
D. Fenomenologi sebagai metode           
Didalam proses berbagai pemikiran fenomenologi terdapat beberapa tahap berpikir yaitu Intensionalitas (keterarahan isi kesadaran) dan Reduksi. Sedangkan dalam fenomenologi pengalaman estetik terdapat beberapa pemahaman yang penting menuju refleksi, yaitu: imajenasi, persepsi, perasaan dan kebenaran. Metode fenomenologi ini menurut Laksmi C. Siregar dengan tehnik reduksi serta analisis esensial. Bila digunakan dengan benar merupakan yang paling radikal diantara semua metode. Analisis berdasarkan Intensionalitas dari proses kesadaran  bila dibatasi pada kesadaran berikut korelasinya, dapat merupakan awal kemungkinan yang paling kritis untuk filsafat.
                             
Fenomenologi sebagai metode dikembangkan oleh Edmund Husserl berdasarkan ide-ide gurunnya Franz Brentano (1838-1917). Husserl memakai metode fenomenologi untuk memperoleh pengetahuan yang sejati. Caranya tidak dengan induksi melainkan dengan intuisi (Anschauung) yaitu mengarahkan perhatian pada fenomen yang ada dalam kesadaran kita.

Untuk mengetahui hakekat manusia misalnya, kita tidak perlu membandingkannya dengan hewan-hewan lainnya, melainkan kita harus memperhatikan manusia sebagaimana nampak dalam kesadaran. Dengan demikian harus disingkirkan berbagai purbasangka dengan cara memberi tanda kurung (Einklammerung) terhadap pendapat yang mendahului, segala unsur tradisi, segala yang diajarkan orang lain. Selanjutnya diadakan ideation atau membuat Idea yang disebut juga Reduktion, tetapi tidak lagi fenomenologis melainkan eidetisch  yaitu penyaringan untuk mendapatkan hakekat sesuatu (eidos). Kemudian dilakukan reduksi transendental yaitu penerapan metode fenomenologi pada subyeknya sendiri, perbuatannya, dan kepada kesadaran murni.

Husserl mengadopsi sistematika Descartes dalam cara kerja fenomenologinya; dimana Descartes menggambarkan dengan jelas sitematika pendekatan. Descartes yang diakui oleh Husserl sebagai mentornya, memiliki metode yang terdiri dari empat ajaran yang metodologik, yaitu:
  • Pertama, menetapkan bahwa argumentasi harus didasarkan hanya oleh pernyataan- pernyataan yang dapat di demonstrasikan secara benar. Orang harus mendefinisikan apa itu kebenaran dan kemudian mendefinisikan pernyataan-pernyataan kebenaran itu.
  • Kedua, menyatakan bahwa orang perlu membagi masalah itu kedalam bagian-bagian yang sekecil mungkin agar dapat memfasilitasikan suatu solusi/pemecahan.
  • Ketiga, mengindikasikan bahwa orang harus berjalan secara sistimatis dari komponen masalah yang paling sederhana ke masalah yang jauh lebih komplek, suatu prosedur yang menghasilkan hubungan antara komponen-komponen yang tidak segera dapat dilihat, tetapi akan muncul dalam pelaksanaannya.
  • Keempat, menstimulasikan bahwa, dalam rangka suatu pekerjaan, pengkajian secara komprehensif  harus dilakukan atas suatu dasar yang teratur, untuk menjamin agar tidak ada yang terlupakan.
Metode Descartes ini merupakan wacana yang logis dan dapat menjadi alur berpikir yang sistematik. Berpikir yang sistematik dalam metode fenomenologi melalui berbagai tahap penting utamanya adalah Intensionalitas dan Reduksi. Dalam perkembangan selanjutnya muncul fenomenologi pengalaman estetik yang memakai tahapan Imajinasi dan Intuisi, Persepsi Estetik dan Perasaan, Kebenaran Objek Estetik menuju tahapan penting dalam pemahaman reflektif.

Katagori yang paling penting pada fenomenologi adalah intensionalitas (kesadaran). Ia dihasilkan oleh dua cara intelektual yang secara tetap aktif dalam metode fenomenologi, yaitu: pembicaraan (penulisan) yang rasional (dapat juga disebut sebagai praktek dari refleksi) dan pemahaman yang berdasarkan intuisi. Beberapa aspek penting dalam intensionalitas menurut Husserl, yaitu: melalui intensionalitas terjadi objektivikasi, melalui intensionalitas terjadi identifikasi, intensionalitas juga saling menghubungkan (korelasi) dan intensionalitas mengadakan pula konstitusi (menciptakan).

Aspek-aspek tesebut bila dihubungkan dengan gagasan Lincourt tentang fenomena arsitektur, maka akan memunculkan urutan intensionalitas runtut yang merupakan suatu tahap metode fenomenologi dalam bidang arsitektur, sebagai berikut: manusia, menjadi awal munculnya intensionalitas yaitu, intensionalitas objektivikasi; Berkegiatan mengakibatkan munculnya intensionalitas identifikasi, dari berbagai aspek kegiatan ini, kemudian muncul suatu lindungan/naungan budaya, sehingga menyebabkan intensionalitas korelasi yang mengungkapkan hubungan dari seluruh aspek, sehingga terjadi integrasi sebagai unsur-unsur dalam kesatuan identik. Sesudah terjadinya ketiga tahap intensional itu, muncullah intensionalitas konstitusi (menciptakan), yaitu kesadaran akan adanya kemampuan manusia menciptakan suatu tempat bernaung, yaitu perwujudannya disesuaikan dengan alam lingkungan bagi kehidupan manusia dan selalu terjadi penyesuaian dengan perkembangan zaman. Inilah contoh implementasi dari tahap intensional Husserl yang terekam dalam konsep pemikiran Lincourt mengenai fenomena arsitektur

















DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. R.F. BEERLING (1961) .filsafatDewasaIni.penerbit:DinasPenerbitanBalaiPustaka.jakarta
http://amrinarose13.blogspot.co.id/2013/03/fenomenologi.html?m=1

pantai karangbolong

Pantai Karangbolong adalah salah satu objek wisata pantai yang berada di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Pantai ini berkontur landai, berpasir yang cukup luas, yang dibatasi oleh perbukitan batuan sedimen klastik yang berasal dari gunung api. Di pantai inilah terdapat banyak sarang burung lawet yang dikelola pemerintah setempat sebagai pendapatan asli daerah.[1]

Kondisi pantai

Pasir berwarna kelabu yang berukuran halus-kasar bersumber dari batuan tersebut. Sapuan ombak besar yang membentur dinding pebukitan menghasilkan energi yang cukup untuk mengikis, mengangkut dan mengendapkan kembali butiran batuan. Derajat pelapukan yang tinggi di kawasan ini mempercepat proses abrasi tersebut. Pantai Karangbolong mempunyai potensi membentuk arus balik yang kuat, sehingga merupakan kawasan yang berbahaya untuk berenang. Di kawasan pantai ini juga terdapat Gua Karangbolong, yang terletak di sisi timur. Sebuah lorong yang cukup panjang terbentuk pada lapisan breksi lahar yang terkekarkan. Gua Karangbolong berukuran panjang 30 meter, lebar 10 meter dan tinggi sekitar 5 meter. Breksi yang dikenal sebagai formasi gabon ini berumur oligo-miosen atau sekitar 30 sampai 15 juta tahun lalu, tersingkap bersama-sama dengan sisipan batu pasir dan batu lempung.[2]
Pembentukan Gua Karangbolong dipengaruhi oleh peruntuhan yang terjadi di sepanjang batas bidang antara breksi dengan batu pasri atau batu lempung. Lubang peruntuhan akan semakin besar karena lapisan batuan yang menggantung di atap lubang selalu runtuh akibat beratnya. Proses itu juga dipicu oleh kekar-kekar yang ada, yang kehadirannya memperlemah daya ikat antarkomponen batuan. Proses pembentukan gua teramati baik di ujung timur dan selatan Goa Karangbolong, di mana pada skala kecil terjadi peruntuhan batuan di sepanjang batas lapisan yang berbeda. Karena bukan gua batu gamping, maka di dalam Goa Karangbolong tidak dijumpai ornamen.[3]
Perairan di Pantai Karangbolong sangat memanjakan pengunjung yang ingin menyalurkan hobi memancing, karena di kawasan itu ikan-ikan sangat melimpah. Selain Pantai Karangbolong, Kabupaten Kebumen masih memiliki objek wisata pantai lainnya yaitu Pantai Ayah, Pantai Petanahan, Pantai Bocor, dan Pantai Suwuk.[4]

10 tips cara belajar dengan baik

1. Mulailah dengan berdoa

(Selengkapnya baca artikel tentang 7 Manfaat Berdoa Saat Belajar)
Selalu dan selalu. Mungkin ini hal yang paling sering dilupakan oleh sebagian besar para pelajar. Padahal segala sesuatu yang akan kita lakukan harus kita awali dan kita akhiri dengan berdoa. Dengan berdoa, kita akan berserah diri kepada Tuhan dan Beliau akan membantu kita supaya hasil belajar kita menjadi maksimal.

2. Pilih tempat belajar Anda

(Selengkapnya baca artikel tentang 5 Cara Memilih Tempat Belajar yang Baik dan Benar)
Tempat belajar juga sangat mempengaruhi konsentrasi belajar Anda. Pilihlah tempat yang nyaman tetapi tidak membuat Anda mengantuk dan tidak membuat Anda merasa boring atau bosan. Seperti di teras rumah atau di lantai. Jika Anda mudah terganggu oleh suara dari luar, cobalah untuk belajar di tempat yang sunyi tetapi tidak membuat Anda merasa kesepian.

3. Musik

(Selengkapnya baca artikel tentang Mendengarkan Musik Saat Belajar: Baik atau Buruk?)
Jika perlu, hidupkan juga lagu-lagu klasik atau lembut tetapi tidak membuat Anda bad mood. Juga jangan juga mendengarkan musik rock karena itu akan mengganggu otak Anda sehingga belajar menjadi tidak maksimal.

4. Latihan soal

(Selengkapnya baca artikel tentang 6 Tips Belajar dengan Latihan Soal)
latihan soalBelajar dengan membaca materinya terlebih dahulu, latihan soal, kemudian evaluasi dengan melihat pembahasan di setiap soalnya adalah cara belajar yang terbaik. Untuk itu, sangat diperlukan untuk membeli buku-buku dengan materi pelajaran dan soal-soal yang berkualitas. Materi pelajaran yang berkualitas itu adalah materi yang ringkas, mudah dipahami, dan mengandung konsep yang tersirat. Sedangkan soal-soal yang berkualitas adalah soal yang berbobot, sesuai dengan materi pelajaran, dan mengandung pembahasan tentang cara menjawab soal tersebut jika Anda tidak memahami cara menjawab soal tersebut. Tentu saja sesuaikan juga dengan uang yang Anda miliki.

5. Belajar kelompok

belajar kelompokBelajar bersama teman-teman memang sangat mengasyikan dan seru. Namun, sebaiknya anggota kelompok belajar Anda maksimal 5 orang saja karena jika terlalu banyak, maka akan mengganggu proses belajar Anda. Usahakan juga supaya ada satu dari anggota kelompok belajar Anda yang pintar atau memahami sebuah materi pelajaran yang akan dipelajari. Kelebihan dari belajar kelompok adalah bisa sharing secara langsung dengan teman-teman tentang hal yang belum dipahami. kekurangan belajar kelompok adalah konsentrasi belajar kita bisa saja terganggu jika teman Anda mengajak Anda mengobrol.

6. Pembimbing

Pembimbing bisa saja diperlukan untuk menemani Anda belajar. Anda bisa bertanya-tanya kepadanya. Pembimbing itu tidak selalu guru atau orangtua. Teman pun bisa Anda jadikan pembimbing. Tapi yang pasti teman Anda yaa harus pintar supaya bisa ditanya-tanya. Gunakan pembimbing Anda secara maksimal. Tanyakan segala hal yang belum Anda pahami berkaitan tentang materi pelajaran yang Anda pelajari.

7. Belajar dari internet

Internet memang memberikan wahana belajar yang sangat luas dan biasanya gratis. Gunakan juga internet sebagai sarana bantu untuk belajar dan bertanya kepada orang-orang di dunia maya. HdSBlog dalam Materi Pelajaran memberikan beragam materi pelajaran yang lengkap dan mudah dipahami. Check this out!

8. Refreshing

Tidak ada manusia yang bisa belajar terus-menerus. Hasil penelitian menunjukan bahwa manusia hanya bisa konsentrasi terhadap satu hal selama 15 menit saja. Jadi, manusia hanya bisa belajar satu mata pelajaran selama 15 menit saja dan setelah itu konsentrasinya akan buyar. Maka dari ituberdoa, setiap 15 menit belajar dianjurkan untuk beristirahat selama 5 menit atau ganti dengan mata pelajaran lain. Setelah selesai belajar, hibur diri Anda dengan membeli makanan favorit atau jalan-jalan ke taman supaya Anda tidak stress.

9. Selalu tutup dengan doa

Sama seperti saat memulai belajar, mengakhiri belajar juga harus diakhiri dengan doa. Anda berdoa kepada Tuhan agar apa yang Anda pelajari telah Anda pahami dengan maksimal dan memberi manfaat ke depannya.

10. Yakin

Kunci kesuksesan berawal dari keyakinan. Yakinlah bahwa Anda bisa memahami materi pelajaran tersebut. Keyakinan membuat Anda tidak ragu saat menjawab soal ulangan atau ujian nasional.
Sukses Dalam Pelajaran

objek wisata pantai anyer

Objek Wisata Pantai Anyer

Pantai Anyer, salah satu pantai di Provinsi Banten yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Baik itu wisatawan lokal maupun mancanegara. Setiap minggunya pantai ini tidak henti-hentinya dikunjungi oleh para wisatawan lokal terutama dari Jakarta dan sekitarnya. Pantainya yang indah dengan pasir putih yang mempesona menjadikan pantai ini menjadi salah satu pantai favorit. Spot yang indah serta objek wisata yang beraneka ragam menjadikan pantai ini kian diminati oleh para keluarga ketika akhir pekan datang. Mengunjungi Pantai Anyer pastinya akan menjadi liburan atau trip yang menarik untuk Anda semua.

kota kuno banten

Kota Kuno Banten

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gapura di Istana Kaibon di Banten Lama
Kota Kuno Banten atau Banten Lama adalah situs yang merupakan sisa kejayaan Kerajaan Banten. Letaknya relatif tidak jauh dari kota Jakarta, dapat ditempuh sekitar 2 jam dari Jakarta.
Di tempat ini terdapat banyak Situs peninggalan dari Kerajaan Banten, diantaranya, Istana Surosoan, Masjid Agung Banten, Situs Istana Kaibon, Benteng Spellwijk, Danau Tasikardi, Meriam Ki Amuk, Pelabuhan Karangantu, Vihara Avalokitesvara.
Sejak tahun 1995, Kota Kuno Banten telah diusulkan ke UNESCO untuk dijadikan salah satu Situs Warisan Dunia.

pendidikan di indonesia

Pendidikan di Indonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas












Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara terstruktur, pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud), dahulu bernama Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Depdiknas). Di Indonesia, semua penduduk wajib mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar selama sembilan tahun, enam tahun di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah dan tiga tahun di sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah. Saat ini, pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal, nonformal, dan informal. Pendidikan juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu anak usia dini, dasar, menengah, dan tinggi.

sejarah caringin

Sejarah Caringin, Mengkaji Kisah Regen Boncel, meletus krakatau Sampai Pada masa Syekh Asnawi

Oleh: Oji Fahruroji
Urgensi melestarikan benda cagar budaya dan kegiatan literatur dalam penulisan sejarah merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawab baik kita sebagai person “pewaris sejarah” maupun lembaga formal seperti kementrian budaya atau ditingkat regionalnya Dinas Pariwisata dan Budaya agar generasi s.aat ini dan selanjutnya tidak melupakan sejarah dan makna didalamnya, karena apabila dilihat dari waktu kewaktu kondisi hari ini terkait pelestarian benda cagar budaya sangat memprihatinkan sebagai contoh di kawasan provinsi Banten seperti benteng-benteng di kesultanan Banten Lama yang seperti tidak mendapatkan perhatian padahal animo pengunjung sangat besar baik wisata religi maupun sejarahnya.
Sebagaimana tema yang penulis angkat kali ini tentang Sejarah Caringin, Mengkaji Kisah Regen Boncel, meletus krakatau Sampai Pada masa Syekh Asnawi, merupakan karya sederhana sebagai pembelajaran khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca dan usaha memperkaya karya tulis sejarah tentang sejarah Caringin yang memang kurang mendapatkan perhatian dari para sejarawan, referensi yang penulis gunakan adalah karya ilmiah yang terdapat pada website Disbudpar Pandeglang dan Provinsi Banten, buku serta cerita rakyat yang memang masing ada.
I). Nama Caringin
Nama Caringin saat ini adalah nama suatu desa yang terletak di kecamatan Labuan kab. Pandeglang-Banten yang secara geografis terletak dibibir pantai, menurut Syaukatudin (Tokoh Masyarakat) Nama Caringin berasal dari keberadaan pohon beringin di caringin dulu dan sesuai perjalanan waktu pohon beringin menjadi identitas penamaan wilayah sehingga disebut menjadi Caringin, selain itu ada pula yang memaknai bahwa pohon beringin adalah filosofi dari pohon beringin yang memiliki ranting-ranting yang berkembang dengan daun-daunnya dan meneduhkan disekitarnya hal ini relevan dengan kondisi wilayah caringin yang memiliki tokoh ulama yang mendidik ilmu agama dan sosial masyarakat caringin serta pejuang perlawanan terhadap kolonial belanda yaitu Syekh Asnawi, bahkan sampai dengan saat inipun wilayah caringin masih terkenal dengan pondok pesantren salafi serta pendidikan formal Madrasah Masyariqul Anwar Caringin.
II). Regen Boncel dan Keregenan Caringin
Nama regen bocel melekat dengan sejarah Caringin, sebagaimana dalam karya tulis dan cerita yang berkembang dalam masyarakat wilayah Caringin bahwa regen Boncel adalah regen di keregenan Caringin dengan nama lengkap TB.Wirajaya. (1816- ? ) beliau adalah pendatang dari daerah Jawa Barat yang pergi dari rumah merantau sampai langkah kakinya menginjak tanah Caringin dan kemudian mengabdi di rumah disalah satu tokoh, menurut cerita yang berkembang Boncel pada saat itu dipercaya untuk mengurusi kuda di gedogan atau istal (kandang kuda) yang pada saat ini menjadi alat transportasi, karena keinginan untuk terus maju dan berkembang regen boncel meski bekerja mengurusi kuda akan tetapi ia sering memperhatikan anak tuannya yang belajar menulis dan membaca dan disaat itulah Boncel ikut belajar sampai suatu hari tuan regen boncel melihat tulisan di diding gedogan/istal kuda dibelakang rumahnya, lalu tuannya menanyakan pada anaknya tentang tulisan tersebut dan anaknya menjelaskan bahwa yang menuliskan itu adalah boncel, mulai dari saat itulah regen boncel diketahui kelebihannya dan seiring dengan perkembangan kemampuan regen boncel ia dipercaya menjadi orang kepercayaan sampai menjadi regen di kergenan atau kabupaten Caringin sesuai dengan perkembangan pemerintahan pada tahun 1816, pemerintah kolonial telah membagi Kesultanan Banten menjadi 4 kabupaten.
Sebagaimana menurut TB Najib (Tulisan dalam Website Disbudpar Banten) bahwa pembagian empat kabupaten Oleh colonial yaitu: Ki Patih Derus diangkat dengan gelar Patih di Banten Kidul, membawahi Bupati angkatan pertama dari pemerintah kolonial yang masih dipilih dari para keturunan bekas para sinuhun Negara Kesultanan Banten, yaitu yang bernama Pangeran Senadjaya alias Ratu Bagus Djamil. Ia menduduki jabatan dari tahun 1817 sampai dengan tahun 1830. Demikian juga di Banten Lor (Serang) jabatan Bupati dari zuriat Kesultanan Banten, Pangeran Mudzakar Ari Santika ( 1816-1827), dan Banten Kulon yang menjabat Bupati adalah TB.Wirajaya alias Regen Boncel. (1816- ? )
Nasib boncel telah berubah yang awalnya sebagai pengurus kuda kini menjadi Regen yang disegani, sebagai kesempurnaan regen memiliki istri seorang wanita diwilayah caringin, setelah menjadi regen Caringin tentu Boncel memiliki ketenaran yang sampai terdengar oleh orang tuanya, sehingga bapak dan ibunya memiliki inisiatif untuk menemui regen boncel dari wilayah jawa barat ke Caringin, setelah orang tua regen boncel melakukan perjalanan ke Caringin sampailah di kediaman regen boncel (kantor keregenan) akan tetapi sebelum orang taunya masuk kedalam mereka dihadang oleh prajurit yang menjaga gerbang keregenan Caringin, lalu prajurit memberitahukan akan kedatangan orang tua nya akan tetapi regen boncel tidak menanggapi karena ia sedang menyambut tamu besar keregenan, sedangkan di depan gerbang orang tua nya adu mulut dengan prajuritnya, karena memaksa orang tua regen boncel maksa masuk kedalam menemui regen boncel, setelah bertemu dengan regen boncel orang tuanya begitu bangga melihat anaknya yang berhasil namun sayang Boncel tidak mengakui bahwa mereka yang berpakaian dan penampilan sederhana itu orang tua nya mungkin karena malu terhadap isteri dan para tamu yang ada di dalam keregenan pada saat itu, karena tidak di akui sebagai orang tuanya lalu mereka keluar dan perge ke arah utara Caringin untuk pulang, tidak lama setelah kedua orang tua nya perge regen boncel menyesal telah mengusir kedua orang tua nya dan memerintahkan kepada para prajuritnya untuk mengejar mereka, akan tetapi kedua orang tua nya telah menghilang di tepi sungai di wilayah Desa Tenjolahang yang berjarak sekitar satu kilometer dari Caringin. Tidak lama dari kejadian itu kemudian regen Boncel ditimpah penyakit gatal-gatal seluruh tubuhnya yang disebabkan ulah kedurhakaannya terhadap orang tua nya.
Cerita rakyat tentang regen boncel memang familiar meskipun tidak meluas pada segi lain seperti sistem pemerintahan maupun budaya pada masa itu, terlepas dari itu kini diketahui kuburan regen Boncel terletak di desa Pejamben kecamatan Carita, desa pemekaran dari desa Caringin.
III). Meletusnya Gunung Krakatau
Fenomena meletusnya gunung krakatau pada tahun 1883 yang menelan korban jiwa sebanyak 15000 jiwa sampai dengan hari ini telah menjadi catatan sejarah besar karena pengaruh meletusnya Gunung Krakatau yang memiliki tinggi sekitar 2000 meter dari atas permukaan laut telah menghancurkan ¾ bagian tubuhnya yang hanya tinggal 813 meter dari atas permukaan laut. Gesekan dua lempengan besar antara Indo-Australia dan lempengan Pasifik menyebabkan terjadinya gesekan dan tekanan yang sangat besar, sehingga menimbulkan letusan yang dahsyat. Gemuruh letusannya mampu terdengar sampai radius 3000 Km, di antaranya terdengar hingga Darwin-Australia, hempasan gelombangnya hingga sampai radius 7000 Km, atau hingga semenanjung Arab. Gelmbang Tsunami atau gelombang pasang hingga menempa pantai barat Amerika Tengah dan telah terjadi kerusakan berat di Hawai. Hujan batu vulkanik hingga sampai pada radius 780.000 Km. (Tubagus Najib dalam Disbudpar Banten)
Tsunami yang disebabkan letusan krakatau juga tidak lepas dari perjalanan sejarah Caringin sebagai keregenan bahkan kota penting di Banten Kulon sehingga mempengaruhi pemerintahan keregenan Caringin setelah masa regen Boncel, sebagai usaha untuk mengetahui  lebih komprehensif dilakukanlah penelitian arkeologi bawah air tahun 1985 atau anderwater di pantai Caringin, telah ditemukan artefak bangunan, struktur kanal, framen keramik dll, kurang lebih sekitar 20 meter dari garis pantai saat ini, bahkan hingga saat ini masih ada tiang bangunan yang diperkirakan tiang sebuah masjid Agung Caringin, jaraknya dari garis pantai sekitar 7 meter diwaktu pasang. Tiang bangunan tersebut berada di pantai Caringin atau di lokasi situs Gedung Rombeng, namun sangat disayangkan saat ini beberapa benda peninggalan sejarah penting telah tiada meskipun beberapa lainnya telah diselamatkan di monumen.
Berikutnya pada tahun 2003 ini, penelitian dilakukakan untuk menyusuri hulu kanal yang pada tahun sebelumnya telah diketahui hilirnya yang ditemukan di bawah permukaan air laut. Hulu kanal telah ditemukan di desa Banyubiru, Kecamatan Labuan, sementara bentuk kanal telah berubah, posisinya sudah tidak lurus dan bentuknya seperti aliran sungai. Sebaliknya sungai Cikande yang berada pada arah lor atau Caringin Lor bentuknya semangkin menyempit. Sungai Caringin yang merupakan sungai besar dan pensuplay hasil bumi dari hulu sduah tidak bisa ditemukan lagi, yang ada sungai Cisanggoma yang besar kemungkinan Cisanggoma ini bekas kanal yang berubah menjadi seperti sungai. (Tubagus Najib)
IV). Syekh Asnawi (Ulama dan Pejuang perlawanan kolonial Belanda
Caringin sampai dengan hari ini masih menjadi kota santri dan wisata religi baik domestik sampai mancanegara, kondisi ini terjadi karena keberadaan makam aulia yaitu Syekh Asnawi terlahir di Kampung Caringin, Labuan Banten, sekitar tahun 1850 dengan ayah bernama Abdurrahman, dan ibunya, Ratu Sabi’ah. Bahkan, disebutkan pula bahwa Kiai Asnawi masih keturunan Sultan Ageng Mataram Raden Patah. Tak heran jika sejak kecil, Asnawi hidup dalam didikan yang baik.
Sebelum melanjutkan patut dipaparkan akan bukti arkeologi pasca letusan gunung krakatau terdapat kubur-kubur kuno di sepanjang pantai Caringin dan disana pula lokasi makam Syekh Asnawi, antara lain kubur pejabat Bupati pertama Caringin yang bernama Regent Boncel dan istrinya, kubur Pangeran Jimat (apakah ada kaitannya dengan meriam Ki Jimat?), dan kubur para pejabat Bupati lainnya. Kompleks kubur tersebut secara toponim disebut Istana Gede di Desa Pejamben. Kubur para pejabat Bupati ini bentuk nisannya artifisial, sementara kubur ulama yang berada di Desa Caringin bentuk nisannya dari batu alam, polos halus dari batuan andesit. Kubur ulama ini di antaranya kubur K.Mas Caringin. Kubur.K.Mahdi, kubur K.Mas Abdurahman.
a mengalami perubahan lagi, apakah yang ke lebih baik ataukah ke yang lebih buruk. Bilamana ke yang lebih buruk akan terjadi bencana apalagi bagi Caringin. Caringin yang saat ini tidak hanya telah menjadi kota santri juga kota situs purbakala sebagai bukti korban dari letusan Gunung Krakatau. (Tubagus Najib)
Selanjutnya sebagaimana tulisan Afriza Hanifa tentang KH Asnawi Bin Abdurrahman Al Bantani di REPUBLIKA.CO.ID, bahwa pada usia yang masih sangat belia, sembilan tahun, Asnawi sudah dikirim ayahnya untuk menuntut ilmu ke Makkah. Di Tanah Suci, Asnawi kemudian bertemu gurunya, Syekh Nawawi Al Bantani, yang merupakan guru di Masjidil Haram. Hubungan sebagai guru dan murid juga diikat dengan asal kelahirannya yang sama (Banten), Syekh Asnawi dididik dengan baik hingga bekal ilmu nya cukup untuk Syekh Asnawi bersyi’ar agama di tanah kelahirannya. (Republika)
Kiyai dan pejuang julukan inilah yang diberikan pada Syekh Asnawi karena sebagai Kiyai beliau menyiarkan ajaran Islam di Caringin dan sekitarnya selain itu perlawanan Syekh Asnawi terhadap kolonial Belanda bersama-sama denga rakyat pribumi juga terus dilakukan karena kedzoliman yang dilakukan penjajah,  meskipun berbagai tantangan yang cukup berat baik kondisi pendidikan masyarakat maupun kompeni Belanda yang tidak senang terhadap kegiatan beliau, sehingga beliau sempat diasingkan ke Cianjur dan Tanah Abang-Jakarta dengan dalih pemberontakan terhadap pemerintahan kolonial Belanda.
Cerita tentang Syekh Asnawi pada saat krakatau meletus juga masih menjadi cerita turun temurun, menurut salah satu sumber menyebutkan bahwa ketika sebelum gunung krakatau meletus beliau telah mengevakuasi kitab-kitab di rumahnya dan membawanya ke menes tepatnya di cigandeng-Menes (kaki Gunung Pulosari) karena mungkin syeh Asnawi telah mengetahui bahwa gunung Krakatau sangat potensial meletus dalam waktu dekat.
Pasca letusan dan sekembalinya Syekh Asnawi dari pengasingan beliau mendirikan masjid dengan nama masjid Caringin dan keluarga syekh mendirikan sebuah Madrasah Masyariqul Anwar bahkan berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat bahwa kayu untuk bangunan masjid tersebut berasal dari satu pohon yang dibawa dari daerah Kalimantan. Kontribusi syekh Asnawi terhadap masyarakat Caringin dan sekitar bahkan Banten sangat besar selain mendidik ilmu agama juga membentuk karakter umat agar memiliki mental pejuang, beliau meninggal pada tahun 1937, meninggalkan 23 putra dan putri.

kesultanan banten

Kesultanan Banten

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kesultanan Banten
Kasultanan Banten


1527–1813

Bendera
Wilayah Banten pada masa Maulana Hasanuddin, yang menguasai Selat Sunda pada kedua sisinya
Ibu kota Surosowan, Kota Intan
Bahasa Sunda, Jawa, Melayu, Arab,[1]
Agama Islam
Bentuk Pemerintahan Kesultanan
Sultan
 -  1552–1570 ¹ Maulana Hasanuddin
 -  1651–1683 Ageng Tirtayasa
Sejarah
 -  Serangan atas Kerajaan Sunda 1527
 -  Aneksasi oleh Hindia Belanda 1813
¹ (1527-1552 sebagai bawahan Demak)
PadrĂ£o Sunda Kelapa di Museum Nasional, Jakarta




















































Kesultanan Banten adalah sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Tatar Pasundan, Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan.
Maulana Hasanuddin, putera Sunan Gunung Jati[2] berperan dalam penaklukan tersebut. Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan, yang kemudian hari menjadi pusat pemerintahan setelah Banten menjadi kesultanan yang berdiri sendiri.
Selama hampir 3 abad Kesultanan Banten mampu bertahan bahkan mencapai kejayaan yang luar biasa, yang diwaktu bersamaan penjajah dari Eropa telah berdatangan dan menanamkan pengaruhnya. Perang saudara, dan persaingan dengan kekuatan global memperebutkan sumber daya maupun perdagangan, serta ketergantungan akan persenjataan telah melemahkan hegemoni Kesultanan Banten atas wilayahnya. Kekuatan politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada tahun 1813 setelah sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan dihancurkan, dan pada masa-masa akhir pemerintanannya, para Sultan Banten tidak lebih dari raja bawahan dari pemerintahan kolonial di Hindia Belanda.